“Perubahan status Sula menjadi kabupaten melalui perjuangan pendahulu dalam kurun waktu yang sangat panjang, apa salahnya bila kita yang saat ini menikmati hasil perjuangan itu sedikit merunduk untuk menghormati hasil perjuangan mereka“
Oleh: Mohtar Umasugi, Mahasiswa pascasarjana (S3)
Menghormati perjuangan pendahulu bukan sekedar menabur bunga disaat upacara ulang tahun kabupaten setahun sekali. Tetapi lebih dari itu, substansi menghormati dan menghargai hasil perjuangan itu adalah adanya kesucian jiwa dan keikhlasan berbuat serta rasa memiliki yang dalam, sehingga benar-benar tertanggung jawab atas amanah yang sedang di emban.
Andai saja setiap anak negeri ini memiliki kesadaran akan tanggung jawab sejarah yang ada di pundaknya maka memasuki usia ke 20 tahun, seharusnya ‘wajah’ negeri ini sudah menampakkan kesejukan dan keceriaan pada semua orang yang akan tersenyum saat menatapnya. Namun demikian, harapan akan keadilan dan kesejahteraan di berbagai aspek pembangunan secara signifikan belum dirasakan oleh masyarakat.
Ingatlah, bahwa cita-cita perjuangan pemekaran itu adalah kesejahteraan masyarakat, bukan kesejahteraan elite, birokrasi dan politisi, bukan kesejahteraan kelompok dan individu demi mempertahankan kekuasaan oligarki, bukan pula untuk menciptakan ketergantungan politik dan ekonomi serta membangun rezim yang otoriter. Negeri ini milik bersama bukan milik yang berkuasa sehingga egois dalam mengambil sebuah kebijakan.
Olehnya, teman-teman dan orang-orang hebat yang saat ini diberi kepercayaan untuk mengurus negeri ini harusnya bersyukur bahwa adanya kesempatan untuk berbuat. Maka berbuatlah yang sesungguhnya sebagai wujud tanggung jawab sejarah, jangan menyia-nyiakan kesempatan yang begitu mahal mungkin saja di hari esok menjadi amal jariyah. Wallahu ‘alam bissawab.
Pojok Warkop Air sonton, 29 Mei 2023